Sebagai orang awam saya mengartikan Mata Hati adalah hanya kata-kata indah. tapi apa sebenarnya Mata Hati itu ?
Bagi orang yang mempelajari sungguh-sungguh ilmu Ma'rifat Mata hati adalah karomah yang di dapatnya, yang tidak bisa dimiliki oleh orang awam. Yaitu ketajaman mata hati, bisa di sebut juga indera keenam. karena ketajaman indera keenam itulah kita bisa mengetahui sesuatu yang tersembunyi di balik peristiwa.
Orang
yang mata hatinya dan indra keenamnya tajam, maka ia dapat masuk ke dalam
hal-hal yang dianggap gaib (tersembunyi). Orang yang arif (memiliki ilmu
ma'rifat), suka memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah dengan mata
kepalanya, kemudian ia merenungkan dengan mata hatinya.
Orang
ma'rifat jika melakukan sesuatu atau memutuskan sesuatu menggunakan muraninya
daripada hawa nafsunya. Ia tahu betul, apakah hawa nafsu yang mempengaruhi
dirinya atau nuraninya yang berkata. Oleh karena itu, orang yang sudah
menduduki tingkat ini, selalu tajam indera keenamnya. Ia tahu sesuatu yang
merugikan bagi dirinya meskipun tampak seakan-akan menguntungkan. Ia pun tau
apa yang menguntungkan, meskipun seakan-akan tampak seperti merugikan.
Maka, jangan heran, kadang-kadang orang awam memandang sesuatu itu baik dan
menguntungkan, namun bagi orang ma'rifat (orang yang tajam indera keenamnya),
dipandang sebagai sesuatu yang membahayakan.
Melihat kebaikan dan keburukan dengan mata kepala saja tidak akan dapat
mengetahui keadaan yang sebenarnya. Sesuatu yang elok dipandang mata kadang-kadang
hanyalah tipuan belaka. Sesuatu yang buruk dipandang mata, kadang-kadang
tersimpan sesuatu yang menguntungkan. Maka betapa pentingnya jika kita berlatih
untuk mempertajam mata hati dan indera keenam.
Buta mata belum tentu membahayakan bagi kehidupan kita. Karena banyak orang
yang buta matanya, tetapi masih mampu melakukan sesuatu yang terbaik bagi
dirinya. Bahkan ia mempunyai keistimewaan, yakni lebih awas daripada kita yang
memiliki mata normal. Namun jika mata hati telah buta, maka pertanda hancurlah
kehidupan kita, baik kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat.
Orang yang buta hatinya, seringkali merasa kecewa dalam menghadapi liku-liku
kehidupannya, karena ia sering gagal dalam mengambil keputusan. Keputusannya
lebih banyak meleset. Sebab, yang digunakan untuk mengambil keputusan lebih
didasarkan pada penglihatan mata dan akal yang dipenuhi hawa nafsu. Jadinya, ia
kurang cermat dan kurang hati-hati. Ia mudah terkecoh dengan fatamorgana serta
khayalan-khayalannya sendiri.
"Dan barang siapa yang buta mata hatinya di dunia ini, maka buta pula di
akhirat, jauh tersesat jalannya."
"Sesungguhnya, bukan matanya yang buta, tetapi mata hatinyalah yang buta,
yang berada di rongga dadanya."
Oleh
karena itu, betapa pentingnya kita mempelajari ilmu ma'rifat. Dengan ilmu
ma'rifat, hati dan alam bawah sadar kita terhindar dari 'kebutaan'. Hati kita
menjadi jernih sehingga setiap apa yang kita pikirkan dan kita lakukan akan
mendatangkan hasil yang menguntungkan.
Orang yang ma'rifat, selalu berprasangka baik kepada siapapun. Ia juga selalu
berprasangka baik kepada Allah swt. TIdak pernah berkeluh kesah dalam hidupnya.
Ia selalu merasa dekat kepada Allah. Selalu merasa cinta, penuh harapan dan
hatinya terasa senantiasa tenteram.
Ilmu ma'rifat mengantarkan kita kepada suasana hati ikhlas dalam berbuat apa
saja, lebih-lebih beribadah kepada Allah. Ibadahnya dilakukan tanpa pamrih dan
tanpa keinginan dipuji orang lain.
Orang-orang ma'rifat menganggap jika perbuatan dilakukan tidak dengan ikhlas,
tetapi dengan pamrih, maka akan mengotori jiwanya. Jika jiwa kotor, hati akan
berdebu. Bila hati berdebu berarti mata batin dan indera keenam telah buta.
Golongan orang-orang ini selalu menjaga hatinya dan alam bawah sadarnya agar
tidak tercemar oleh debu-debu yang dapat membutakan. Karena itu, suasana hati
orang-orang ma'rifat selalu tenteram karena selalu berprasangka baik kepada
siapa pun, tidak membenci, tidak dendam, tidak iri hati, tidak sombong dan
tidak riya'.
Sebab, sederetan penyakit semisal sombong, benci, dendam, iri hati dan
sebagainya merupakan letupan emosi, bukan nurani yang berbicara, melainkan
nafsu keserakahan.
Jika kita telah mendalami ilmu ma'rifat dengan bersungguh-sungguh, maka akan
dapat melihat betapa diri kita menjadi orang yang luar biasa. Mungkin kita akan
terheran-heran. Karena jika ilmu ma'rifat telah dikuasai, maka seseorang akan
dapat mengenal Allah, sehingga antara dirinya dan Allah seakan-akan tidak ada
batas/perantara, sehingga seakan-akan mampu berhubungan langsung.
Disamping itu, kita akan dapat dengan mudah menyerahkan hawa nafsu menurut
kehendak Allah. Kita merasa tidak punya hak untuk memiliki, sekalipun pada diri
sendiri. Karena menyadari segala sesuatu yang ada di dunia ini hanyalah milik
Allah, termasuk nyawa kita.
Diambil dari beberapa sumber dan buku
Telaga Ma'rifat, karya Syaikh Ibnu 'Athoillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar